Friday, July 31, 2009

TRANSKRIPSI NASKAH SYAIR KERAJAAN BIMA



Kutipan Naskah Syair Kerajaan Bima Halaman Pertama

Bismillah itu mula dikata
Ar-rahman ar-rahim ketiganya serta
Itulah isim Allah Tuhan kita
Diucap Islam sekalian rata

Alhamdulillah puji insani
Diturunkan Allah Malik ar-Rabbani
Berkat Muhammad Sayid ar-Ruhai
Inilah makam mukmin nurani

Ayoai segala muda yang berhati
Mengapakan tuan melupakan mati
Malik al-maut hadir menanti
Mengambil nyawa berganti-ganti

Ingat-ingat awang dan dayang
Hidup kita nin umpama wayang
Sementara nyawa belumlah melayang
Perbuatlah ibadat malam dan siang

Dunia ini tempat kita berhenti
Janganlah taksir berbuat bakti
Disuruhkan Tuhan Rabbi al-Izzati
Sementara hidup belumlah mati

Akan harta jangan kau sebal
Akhirnya kelak hatimu menyesal
Bicaramu kelam hilanglah akal
Tiadalah terkenang kepada ajal

Harta dicari sedikit sampai
Sekadar cukup makan dan pakai
Bicara yang jahat jangan dicapai
Di dalam kubur tak rapai-rapai

Sungguhpun harta terlalu mulia
Tatkala mati tinggallah dia
Amal ibadat yang teguh setia
Barang ke mana sertalah ia

Inilah kisah suatu syair
Dikarang seorang khatib yang fakir
Bukannya hamba berbuat sindir
Nyatalah Allah yang empunya takdir

Dengarkan tuan ikat-ikatan
Dikarang oleh Khatib Lukman
Tempat menaruh peringatan
Supaya ada akan jadi zaman

Datanglah takdir Wahid al-Kahar
Pada hijrat an-nabi Sayyid al-Basyar
Seribu dua ratus tahun tersesar
Dua puluh delapan lebihnya berkisar

Pada tahun jim awal mulanya
Diturunkan bala kepada hambanya
Tanah Bima hangus semua padinya
Laparlah orang sekalian isinya

Laparlah itu terlalu sangat
Rupanya negeri tiada bersemangat
Serasa dunia bekas kiamat
Sukarlah gerangan baiknya bangat

Tatkala zaman dari nenek moyang
Belumlah ada bagai sekarang
Sekadar kita membeli larang
Tiadalah mari sekalian orang

Orang pun tiada yang berpindah
Masing-masing di negerinya ada
Kecil dan besar tua dan muda
Dimakanlah barang yang hadir ada

Zaman sekarang ajaib terlalu
Orang pun mati beribu-ribu
Tiadalah menaruh takut dan malu
Anak dijual bapak dan ibu

Masing-masinglah membawa diri
Tiadalah indahkan anak istri
Makan minum seorang diri
Tiadalah menoleh kanan dan kiri

Adalah hujan lalu tertanam
Padinya jadi sangatlah kelam
Datanglah takdir Khalik al-Alam
Turunlah abu dua hari tiga malam

Abu pun banyak datang menimbun
Rebahlah padi bersusun-susun
Sebagai tikar dihampar konon
Tiada boleh lagi dibantun

Waktu subuh fajar pun merekah
Diturunkan Allah bala celaka

Sumber : Kerajaan Bima dalam Sastra dan sejarah (Henri Chambert-Loir, 2007)

Belanja online Kerajaan Bima dalam Sastra dan sejarah
Comments
2 Comments

2 comments:

http://www.facebook.com/profile.php?id=1052200065&v=feed&story_fbid=127627644536#/ariefbedel?ref=profile said...

keren! caru!

Unknown said...

Informasi yabg bagus sehingga kita tidak lupa akan sejarah silam, dan semoga dapat ambil ilmu dan hikmahnya dari syair kerajaan Bima NTB ini.